Masjid Pathok Nagoro
ZIARAH KE KOMPLEK MASJID PATHOK NEGORO
(MASJID SULTHONI)
Tujuan :
• Makam KH. Nahrowi
• Petilasan P. Diponegoro
• Makam KH. Muhyidin Fatawi ( Tambahan )
• Mlangi (Komplek Makam Kyai Nur Iman - BPH Sandiyo )
• Dongkelan Kauman (Makam KH. Munawir - KH. Ali Maksum)
• Nitikan (Makam Kyai Kasan Besari)
Biaya :
Rp. 600.000,-
Biaya per paket sudah termasuk :
• Mobil (12 Jam) Kapasitas 6 orang + 1 Pemimpin
• Driver, Bensin, Parkir
• Retribusi Masuk Lokasi
• Infaq pemandu di lokasi (juru kunci)
Masjid Masjid Pathok Negara Ngayokyakarta Hadiningrat
Sesuai
dengan namanya Masjid masjid Pathok Negara ini merupakan masjid masjid yang
menjadi penanda batas wilayah kekuasan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
yang biasa kita sebut Yogyakarta atau Jogja. Kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat berdiri tanggal 13
Februari 1755 M
atau bertepatan dengan Perjanjian Giyanti.
Fungsi Masjid Pathok Nagara tidak semata-mata untuk
pembatas saja, namun untuk tempat ibadah, tempat belajar (mengaji), tempat upacara
pernikahan maupun kematian dan juga menjadi pusat penyiaran agama Islam (selain
masjid raya kerajaan). Masjid-masjid itu juga menjadi bagian dari masjid raya
Kerajaan sehingga menjalankan fungsi ketakmiran bersama-sama dengan masjid
besar dan masjid pathok negara lainnya. Hal ini dapat dilihat dari kedudukan
para imam/pengulu/ kyai pengulu masjid yang menjadi anggota al-Mahkamah
al-Kabirah (Badan Peradilan Kesultanan Yogyakarta) dalam tingkat Peradilan
Agama Islam. Imam Besar Masjid Raya menjadi ketua Mahkamah yang bergelar
Kanjeng Kyai Pengulu.
Dalam sistem hukum dan peradilan Kerajaan, Sultan tetap
memegang kekuasaan kehakiman tertingi. Ada 3 tempat pelaksanaan peradilan untuk
memutuskannya, salah satunya di Masjid Pathok Nagara, yaitu: pasowanan bale
mangu, pengadilan pradata (kantor); dan pengadilan hukum sarambi.
Selain Masjid Agung Kauman di sebelah barat Alun-Alun
Utara Jogja yang dikenal sebagai masjid kerajaan, setidaknya ada lima masjid
pathok negara yang tersebar di empat penjuru mata angin. Yakni, Masjid Mlangi
di barat, Masjid Babadan di timur, Masjid Plosokuning di utara, serta Masjid
Nurul Huda Dongkelan dan Masjid Wonokromo di selatan. Ada yang bilang, Masjid
Agung Kauman dan masjid patok negara di empat penjuru mata angin itulah yang
disebut kiblat papat lima pancer.
Selain arsitekturnya yang mirip Masjid Agung di Kauman,
masjid-masjid patok negara itu menjadi pusat keagamaan di empat penjuru Jogja.
Ada pesantren atau sekolah keagamaan di masjid yang abdi dalem pamethakan itu.
Masjid patok negara juga khas karena tidak dijumpai di Keraton Surakarta.
Arsitektur masjid patok negara khas Jawa ditandai dengan
atap tumpang gasal, denah bujur sangkar atau persegi panjang, dengan batur
lebih tinggi daripada daerah sekitarnya. Ciri lain, ada serambi, ruang
pawestren, mihrab, mimbar, beduk, dan kentongan. Umumnya juga dilengkapi
maksura sebagai tempat salat raja. Di masjid itu juga ada kolam keliling.
Sejarah Masjid Pathok Negara
Pathok dalam bahasa dan dialeg Jawa sama maknanya dengan
kata Patok dalam Bahasa Indonesia, yaitu tonggak penanda tapal batas.
Bermula ketika Sultan Jogja, Sultan Hamengkubuwon I berguru kepada Kyai
Muhammad Faqih dan meminta nasihat kepada beliau tentang upaya untuk menjaga
agar kesultanan Jogja senantiasa aman sentosa. Salah satu dari nasihat Kyai
Muhammad Faqih kala itu adalah agar Sultan mengangkat Pathok Pathok negara.
Pathok yang dimaksud oleh Kyai Muhammad Faqih ketika itu
adalah Para ulama yang bertugas memberikan pendidikan moral kepada masyarakat yang
dapat mengajar dan menuntun akhlak dan budi pekerti. Kyai Muhammad Faqih
sendiri pada ahirnya juga diangkat sebagai Pathok oleh Sultan Hamengkubuwono I.
Dan salah satu masjid Pathok Negara Jogya, yaitu Masjid Pathok Negara Taqwa
Wonokromo didirikan pertama kali oleh Kyai Muhammad Faqih di atas tanah
perdikan pemberian Sultan Jogya.
Selain sebagai guru Sultan Jogya, Kyai Muhammad Faqih
juga merupakan kakak ipar dari Sultan Hamengkubuwono I, dari keterkaitan
kekerabatan mereka terhadap Ki Ki Derpoyudo karena Kyai Muhammad Faqih menikah
dengan putri pertama Ki Derpoyodi sedangkan Sultan Hamengkubuwono I menikah
dengan putri ke dua Ki Derpuyudo.
Lima Masjid Pathok Negara Ngayokyakarta Hadiningrat
Ada
lima Masjid Pathok Negara yang hingga kini masih berdiri kokoh menjalankan
fungsinya untuk masyarakat Jogya, Yaitu :
2.
Masjid Jami Nur Mlangi, batas negara di bagian barat terletak di Desa Mlangi,
Kec. Gamping, Kab. Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .
3.
Masjid Pathok Negara
Ad-Darojat Babadan, batas
negara bagian timur terletak di Desa Babadan, Kec. Banguntapan, Kab. Bantul,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan Masjid Sultan Agung di di Jalan
kaliurang km 7 babadan baru condongcatur depok sleman, Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
4.
Masjid Pathok Negara Nurul
Huda, batas negara di bagian selatan terletak
di Dukuh Kauman, Dusun Dongkelan, Desa Tirtonirmolo, Kec. Kasihan, Kab. Bantul,
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .
5.
Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo, juga
merupakan batas negara di selatan terletak di desa Desa Wonokromo, Kec. Pleret,
Kab. Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta .